Singapura Masih Terima Daging Babi RI, Peternak Lega

Babi dibesarkan di peternakan Gordon dan Jeanine Lockie 28 April 2009 di Elma, Iowa. Peternak babi yang terpukul oleh kenaikan harga pakan kini dihadapkan pada anjloknya harga babi yang sebagian didorong oleh kesalahpahaman tentang hubungan Flu Babi dengan makan daging babi dan larangan impor daging babi AS mentah baru-baru ini oleh beberapa negara. (File Foto - Scott Olson/Getty Images)

Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa menyampaikan bahwa pihaknya merasa lega karena Singapura masih menerima kiriman daging babi asal Indonesia. Namun Singapura masih menutup rapat impor babi hidup dari Indonesia khususnya dari Pulau Bulan, Batam.

“Syukur kita masih bisa kirim daging ke Singapura, ini kan menjadi hal yang sangat baik ya, tidak memperparah situasi yang sudah parah,” kata I Ketut Hari Suyasa kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/5/2023).

Hari mengaku dirinya sempat berprasangka buruk dan khawatir dengan terjadinya wabah virus demam babi (African Swine Fever/ASF) di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau. Karena, menurut dia, dengan adanya kepanikan di Pulau Bulan maka akan sangat berdampak kepada nilai penjualan produksi dari babi di dalam negeri.

Sehingga kemudian, katanya, kalau di sebuah wilayah terdampak ASF, maka akan terjadi kepanikan tingkat tinggi di wilayah tersebut, baik kepanikan terhadap kesehatannya, maupun kepanikan para peternak terhadap penjualan produksinya, sehingga kecerdasan rakyat dalam posisi seperti itu yang membuat harga jual babi menjadi lebih murah, agar babi tersebut menjadi cepat laku.

“Nah ini pasti secara otomatis akan mempengaruhi nilai jual produksi di wilayah yang lain,” terang dia.

“Sempat sih kita berprasangka, ‘wah ini tambah bikin rusak nih harga di dalam negeri dengan adanya kepanikan di Pulau Bulan terdampak wabah ASF’, tetapi syukur kemudian daging babi masih bisa diperbolehkan masuk ke Singapura. Ini hal yang positif juga, jadi saya kira terkait dengan rebutan pasar ke dalam negeri ini bisa kita minimalisir lah terhadap kejadian di Pulau Bulan,” lanjutnya.

Walaupun pada dasarnya tidak mempengaruhi secara signifikan dari penjualan hasil produksi, lanjut dia, pihaknya sempat khawatir, karena kalau bicara soal babi pasti berbicara tentang bisnis. Maka yang dikhawatirkan oleh para peternak adalah rebutan posisi untuk masuk di pasar lokal. Di mana pasar lokalnya sendiri saat ini sedang lesu-lesunya terhadap serapan hasil babi.

“Jadi sangat kecil, dengan asumsi harga di Jakarta juga tidak baik ya kalau nilai jual babi hidupnya, ini berbeda dengan daging babi, kita berbicara babi hidup. Nah kalau Babi hidup harganya sangatlah tidak baik saat ini,” jelasnya.

“Tetapi secara case (kasus) yang di Pulau Bulan kita gak khawatir ya, karena sudah ada keputusan-keputusan, baik dari Kementerian maupun dari Pemerintah Singapura sendiri untuk mengizinkan daging dari pulau bulan itu masuk ke Singapura, dan ini menjadi hal yang sangat baik untuk kita,” imbuh Hari.

Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) menyampaikan, pihaknya telah melakukan diskusi dengan pihak Singapura mengenai hasil investigasi dari kedua belah pihak dan membahas langkah selanjutnya terkait ekspor Babi dari Pulau Bulan.

“Pertemuan antara Otoritas Veteriner Nasional Indonesia dengan Otoritas Pangan Singapura (Singapura Food Agency/SFA) telah kita laksanakan pada tanggal 28 April 2023 secara daring melalui zoom meeting,” kata Dirjen PKH Nasrullah melalui keterangan resminya.

“Pada prinsipnya mereka menyatakan siap membuka kembali impor babi dalam bentuk karkas dari Pulau Bulan, Indonesia,” ungkap Nasrullah.

Nasrullah juga menjelaskan, hal tersebut menjadi kabar baik bagi Indonesia. “Walaupun untuk sementara ekspor babi hidup dari pulau bulan ditutup karena ASF, tapi ke depan potensi ekspor dalam bentuk karkas masih sangat terbuka,” terangnya.

Menurutnya, pihak Singapura sangat terbuka untuk mendiskusikan langkah-langkah teknis agar ke depan ekspor babi hidup dapat kembali berjalan, mengingat Pulau Bulan merupakan penyuplai terbesar kebutuhan babi bagi Singapura.

Lebih lanjut Nasrullah menyampaikan, selain dalam bentuk karkas, selanjutnya masih ada kemungkinan ekspor dapat dilakukan dalam bentuk babi hidup, namun dengan kondisi khusus setelah lolos pemeriksaan kesehatan hewan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*