Digitalisasi sistem pembayaran dan ekonomi maupun keuangan nasional membuat pertumbuhan uang elektronik di Indonesia kini bakal tumbuh signifikan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan uang elektronik pada tahun ini akan mencapai Rp 494 triliun, tumbuh drastis dari realisasi pada 2022 sekitar Rp 399,6 triliun.
“Kalau dulu kita harus datang ke perbankan, sekarang bisa digital di mana saja kapan saja,” kata Perry dalam acara Festival Ekonomi Keuangan Digital di Jakarta, Senin (8/5/2023)
Selain ulang elektronik yang akan tumbuh, ia menambahkan dampak dari digitalisasi itu akan turut membuat transaksi e-commerce bisa Rp 533 triliun.
“Bahkan layanan perbankan digital bisa lebih Rp 64 ribu triliun, apakah transfer maupun transaksi lain,” ungkap Perry.
Demi mendukung transaksi digital itu, Perry menambahkan, BI telah meluncurkan BI Fast sejak 2021 lalu. Ia mengungkapkan, transaksi melalui layanan itu sudah bisa mencapai Rp 1 miliar per hari.
“Semua layanan pemerintah juga sudah dengan satu bahasa, kita sudah mulai gunakan QRIS yang tahun ini sudah 45 juta pengguna dan hampir semua 80-90% UMKM di pasar-pasar tradisional,” tuturnya.
Oleh sebab itu, dengan proses digitalisasi dalam sistem pembayaran maupun ekonomi dan keuangan digital, ia memperkirakan Indonesia akan bisa cepat menjadi negara maju. Sebab, dari sisi transaksi bisa lebih cepat dan transparan.
“Karena itu kekuatan bersama kita untuk maju. Itulah tema Festival Ekonomi dan Keuangan Digital 2023. Mari kira perkuat sinergi dan inovasi ekonomi keuangan digital mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tegasnya.